Wednesday, 29 July 2009
Sunday, 12 July 2009
Monday, 29 June 2009
Sejingkat yang mesra
Lewat angin malam yang berhembus
aku adalah si perindu
pada rumah nenek di tepi masjid tua
menganyam kasih
bersama gemersik azan maghrib
di kaki bukit kerikil
lalu sungai khayal beralun halus
saat kapal kenangan berlabuh setia
melempar senyum mesra
anak-anak kecil di tepi jambatan
ketawa gembira
seketika terpana
debu jalan raya dan
deru kereta
nenek telah tiada
sejingkat yang mesra
di dadamu kasihku tersisa.
1115
290609
aku adalah si perindu
pada rumah nenek di tepi masjid tua
menganyam kasih
bersama gemersik azan maghrib
di kaki bukit kerikil
lalu sungai khayal beralun halus
saat kapal kenangan berlabuh setia
melempar senyum mesra
anak-anak kecil di tepi jambatan
ketawa gembira
seketika terpana
debu jalan raya dan
deru kereta
nenek telah tiada
sejingkat yang mesra
di dadamu kasihku tersisa.
1115
290609
Friday, 26 June 2009
Rumah ini
Rumah ini
tiangnya kepercayaan
lantainya kesetiaan
dindingnya keyakinan
anjungnya kemesraan
tangganya kesabaran
bumbungnya ketakwaan
rumah ini
di sini aku berdiri
menyemai cinta
kerana Illahi.
1255
270609
tiangnya kepercayaan
lantainya kesetiaan
dindingnya keyakinan
anjungnya kemesraan
tangganya kesabaran
bumbungnya ketakwaan
rumah ini
di sini aku berdiri
menyemai cinta
kerana Illahi.
1255
270609
Wednesday, 24 June 2009
misteri kehidupan
Meraut mimpi di redup malam
aku kian tenggelam kebingungan
mawar hitam yang kau hadiahkan
mengalir racun yang berbisa
saat kolam mimpi mula berkocak
degup janji yang kau ukir
hanya runtuhan kata-kata manis
berbaur angan yang kejam
akhirnya
dalam janji semalam
aku kian mengerti
misteri kehidupan
akan tetap satu misteri.
22.06.09
aku kian tenggelam kebingungan
mawar hitam yang kau hadiahkan
mengalir racun yang berbisa
saat kolam mimpi mula berkocak
degup janji yang kau ukir
hanya runtuhan kata-kata manis
berbaur angan yang kejam
akhirnya
dalam janji semalam
aku kian mengerti
misteri kehidupan
akan tetap satu misteri.
22.06.09
Mengintai kenangan
Mengintai kenangan di tepi jendela
jangan kau leka pada hijaunya daun
jangan kau alpa pada birunya awan
jangan kau lupa pada merahnya mawar
kolam cinta yang tenang
kini telah kian kontang
ditelan dek mentari masa
yang menghambat usia
hari ini
saat mega senja menyapa
rerumput di laman rasa
semakin mesra
kerana
kita semakin dewasa.
24.06.09
jangan kau leka pada hijaunya daun
jangan kau alpa pada birunya awan
jangan kau lupa pada merahnya mawar
kolam cinta yang tenang
kini telah kian kontang
ditelan dek mentari masa
yang menghambat usia
hari ini
saat mega senja menyapa
rerumput di laman rasa
semakin mesra
kerana
kita semakin dewasa.
24.06.09
Tuesday, 16 June 2009
Cinta Sakinah
Di redup awan
sinar matanya adalah kasih
bening mendingin
mentari yang resah
di hujung pagi
saat bara cemburu
memamah rasa rindu
kian hari berlalu
kian kukuh membelenggu
sunyi di lubuk kalbu
seketika hati membeku
lantas jiwa berbicara
menyapa seuntai sabar
cinta sakinah,
moga diberkati selamanya.
0902
170609
sinar matanya adalah kasih
bening mendingin
mentari yang resah
di hujung pagi
saat bara cemburu
memamah rasa rindu
kian hari berlalu
kian kukuh membelenggu
sunyi di lubuk kalbu
seketika hati membeku
lantas jiwa berbicara
menyapa seuntai sabar
cinta sakinah,
moga diberkati selamanya.
0902
170609
Monday, 15 June 2009
Harga diri
Telah bangkit resah
mencarta garis gelisah
di gelombang ganas
merempuh nafas
di peta globalisasi
lantas tersentak
nafsu angkuh polis dunia
saat tembok ego wall street
ranap menyapa debu
di bumi yang membahang
hanya kini
pandang mata fikir
akur merendah
rumput kering di bumi
pun punya harga diri.
0936
16.06.09
mencarta garis gelisah
di gelombang ganas
merempuh nafas
di peta globalisasi
lantas tersentak
nafsu angkuh polis dunia
saat tembok ego wall street
ranap menyapa debu
di bumi yang membahang
hanya kini
pandang mata fikir
akur merendah
rumput kering di bumi
pun punya harga diri.
0936
16.06.09
Sunday, 14 June 2009
kota meratap
kota menangis
barah di dada
menular kian hari
menyebar di saraf mimpi
kota tersendu
darah dan nanah
resah dan gelisah
merentap parah
kota meratap
maruah yang musnah
dimamah tamak nafsu
atas nama kemodenan
1259 am
150609
barah di dada
menular kian hari
menyebar di saraf mimpi
kota tersendu
darah dan nanah
resah dan gelisah
merentap parah
kota meratap
maruah yang musnah
dimamah tamak nafsu
atas nama kemodenan
1259 am
150609
Saturday, 13 June 2009
Semalam, hari ini dan esok
Dalam mimpi semalam
ada degup harapan
menutur rasa sepi
saat senja menyapa
garis langit di deru ombak
hari ini
nafas yang bangkit
mengutip buih-buih kecewa
adalah air mata yang lenyap
di putih pepasir di pantai
namun esok
sinar mentari pagi
pasti membawa cinta
yang membenih rasa
di kebun bahagia.
1105
130609
Thursday, 11 June 2009
Kota jiwa (sebuah cerita)
Amat bingit
namun terasa sunyi
amat meriah
namun terasa sepi
amat mewah
namun terasa payah
kota jiwa
kau amat resah
kembalilah
Dia Maha Pemurah...
0835 am
120609
namun terasa sunyi
amat meriah
namun terasa sepi
amat mewah
namun terasa payah
kota jiwa
kau amat resah
kembalilah
Dia Maha Pemurah...
0835 am
120609
Wednesday, 10 June 2009
gadis kecil bergaun merah
telah sekian lama
dia disana
di tepi jendela
merenung kejauhan
merentas ruang ingatan
ke zaman silam
yang kelam
gadis cilik bergaun merah
di tangannya sebakul kuih
menjaja ke hujung desa
demi sesuap cinta
yang terlalu berharga
di genggam derita
di jendela itu
dia masih setia
mengintai derita
yang masih ada
di luar sana...
0854 am
11062009
dia disana
di tepi jendela
merenung kejauhan
merentas ruang ingatan
ke zaman silam
yang kelam
gadis cilik bergaun merah
di tangannya sebakul kuih
menjaja ke hujung desa
demi sesuap cinta
yang terlalu berharga
di genggam derita
di jendela itu
dia masih setia
mengintai derita
yang masih ada
di luar sana...
0854 am
11062009
kasihmu mama
tiga puluh tujuh tahun
adalah terlalu lama
untuk belajar erti dewasa
dari bertatih sehingga berkeluarga
jerih perih mendidik si manja
senyum tangisnya penawar jiwa
di kala ungkap sabar
hanya sekadar kata
tanpa makna
kini
di ambang
tiga puluh tujuh
aku kian mengerti
kasihmu mama tiada bandingnya...
0846 am
11062009
adalah terlalu lama
untuk belajar erti dewasa
dari bertatih sehingga berkeluarga
jerih perih mendidik si manja
senyum tangisnya penawar jiwa
di kala ungkap sabar
hanya sekadar kata
tanpa makna
kini
di ambang
tiga puluh tujuh
aku kian mengerti
kasihmu mama tiada bandingnya...
0846 am
11062009
Tuesday, 9 June 2009
Salam rindu wahai teman
Salam rindu wahai teman
telah lama taman remaja kita tinggalkan
saat menyemai benih persahabatan
tika menyiram kembang kemesraan
harum mewangi kudup kesetiaan
bersama gurau dan gelak tawa ria
bersulam rajuk dan derai air mata
teman
kini kita telah lama menginjak kota dewasa
sibuk mengharung kerenah kerjaya
juga nikmat kebahagiaan berkeluarga
bersama senyum dan tawa
si cilik penyejuk jiwa
namun teman
sesekali menyelak album kenangan
ternyata wajah-wajah kalian
masih kemas tersimpan
di gobok ingatan...
1224 pm
100609
telah lama taman remaja kita tinggalkan
saat menyemai benih persahabatan
tika menyiram kembang kemesraan
harum mewangi kudup kesetiaan
bersama gurau dan gelak tawa ria
bersulam rajuk dan derai air mata
teman
kini kita telah lama menginjak kota dewasa
sibuk mengharung kerenah kerjaya
juga nikmat kebahagiaan berkeluarga
bersama senyum dan tawa
si cilik penyejuk jiwa
namun teman
sesekali menyelak album kenangan
ternyata wajah-wajah kalian
masih kemas tersimpan
di gobok ingatan...
1224 pm
100609
Saturday, 6 June 2009
bicara tanpa kata...
Bicara kita
tanpa kata
tanpa makna
apakah telah berlalu
musim bunga
yang kita cipta?...
0255 am
100609
Friday, 5 June 2009
pasrah
Dalam duka yang meratap
ada luka yang tersingkap
menerobos rasa kecewa
pada awan kelam yang tersisa
merenung kaki malam aku disapa
terkilan membungkam dendam
saat tirai sumbang semalam
mengetuk kamar harapan
mungkinkah mampu aku
melangkah menongkah pandang
rekah sumbing mata menjeling
agar sinar mentari menyalut mimpi
aku pasrah...
0745 pm
050609
Thursday, 4 June 2009
rebah yang patah
Jalur resah merentas angan
yang bergentayangan di ruang
tanpa kata dan bicara
rebah yang patah
patah yang parah
parah yang berdarah
berdarah yang bernanah
bukakan mata minda
agar tiada lagi
jiwa yang cedera...
1135 am
050609
yang bergentayangan di ruang
tanpa kata dan bicara
rebah yang patah
patah yang parah
parah yang berdarah
berdarah yang bernanah
bukakan mata minda
agar tiada lagi
jiwa yang cedera...
1135 am
050609
Wednesday, 3 June 2009
Mawar di Mahmudiyah
walau tamannya berbahang
di medan jihad
dibaja nanah
disiram darah
yang merah
hari ini
di Mahmudiyah
yang tinggal hanyalah
makam bernisan dendam
mencengkam jiwa
dan harapan kelam
pusara ini
penjara itu
kini aku
tidak lagi keliru...
0959 am
040609
duka semalam...
Duka di perjalanan
yang kukutip semalam
kian bernanah
kian berdarah
pedihnya menjalar
ke urat saraf
melumpuh rasa
memamah jiwa
hari ini aku masih di sini
bersama hembusan zikir
dan deruan takbir
di lembah taqwa.
Moga aku
akan semakin dewasa
dalam langkah hidup
ke hari muka...
1530
030609
Monday, 1 June 2009
Maruah bangsa
petani muda di ladang menghijau
telah lama kering keringatnya
menyapa tanah berbudi tinggi
nun di hujung kampung
kilangnya segak berdiri
tonggak kehidupan masyarakat sekeliling
menjulang maruah yang dipandang rendah
kini kami
bukan lagi
masyarakat subsidi...
0820
2 Jun 2009
Saturday, 30 May 2009
penjara tanpa bicara
Dalam kamar masa aku terperangkap
mendakap resah dan gelisah
jemari kasar memerangkap kebebasan
kian hari kian erat
tiap saat kian kejap
wahai penjaga kamar yang setia
lepaskan aku dari penjara tanpa bicara
menekan jiwa dari arah berbeza
sehingga terjerat menderas rasa
lantas terjerit tanpa suara
di sini
aku masih terdera...
0135 am
21.05.09
Lovers and Stranger
Sekarang saya sedang membaca buku ini yang ditulis oleh Robert Raymer. Penulis buku kumpulan cerpen bertajuk "Lovers and Strangers" ini merupakan seorang pensyarah Penulisan Kreatif di UNIMAS. Beliau berasal dari Amerika Syarikat dan telah menetap di Malaysia lebih dari 20 tahun.
Sebenarnya saya baru sahaja mengenal penulis ini apabila mengetahui blog Robert Raymer, borneoexpatwriter.blogspot.com dari newsletter MPH Quill. Melalui blog tersebut beliau telah mempromosi kumpulan beliau yang menggamit perhatian saya untuk segera mencari buku beliau di MPH Spring.
Membaca kumpulan cerpen Robert Raymer ternyata tidak mengecewakan. Setelah menikmati 15 dari 17 cerpen saya mendapati cara penulisan beliau begitu menarik terutama kerana kebanyakan latar cerita beliau menggunakan sudut pandang beliau sendiri sebagai seorang ekspatriat terhadap kebudayaan dan cara hidup rakyat Malaysia yang berbilang kaum dan agama.
Menerima hakikat bahawa Melayu merupakan kaum majoriti di Malaysia dan Islam pula merupakan ugama rasmi, Robert Raymer berjaya menyelami cara hidup dan konsep pengamalan Islam di Malaysia. Cara penulisan beliau menyerlah penghormatan beliau kepada hakikat tersebut. Hal ini terserlah melalui cerpen "Mat Salleh" yang mengisahkan situasi yang dihadapi oleh seorang rakyat Amerika Syarikat yang mengahwini wanita Melayu semasa beliau pertama kali mengikut isterinya balik ke Malaysia. Penulis ternyata peka dengan adat resam Melayu dan isu ini diketengahkan dengan pendekatan yang amat menyentuh perasaan saya.
Cerpen "The Neighbours" pula mengetengahkan senario masyarakat Malaysia berbilang kaum. Secara bijak penulis menyindir lumrah sesetengah masyarakat yang gemar bercerita mengenai orang lain. Keadaan ini ditimbulkan dengan bijak tanpa beliau prejudis kepada kaum tertentu. Hal ini boleh dikatakan berbeza dengan sesetengah penulis yang pernah menyentuh isu serupa tetapi cenderung untuk memihak kepada golongan tertentu.
Secara keseluruhan kumpulan cerpen Robert Raymer berjaya mengangkat suasana harmoni pelbagai kaum di Malaysia dengan sentuhan yang amat menarik dan bersahaja. Hal ini mungkin kerana beliau melihat keadaan tersebut secara adil sebagai seorang dari budaya dan latar belakang yang berbeza.
Saya mengkategori kan buku ini sebagai "mesti baca". Untuk sesiapa yang berminat untuk menikmati keharmonian kehidupan di Malaysia, buku ini boleh didapati di MPH, Spring.
Sebenarnya saya baru sahaja mengenal penulis ini apabila mengetahui blog Robert Raymer, borneoexpatwriter.blogspot.com dari newsletter MPH Quill. Melalui blog tersebut beliau telah mempromosi kumpulan beliau yang menggamit perhatian saya untuk segera mencari buku beliau di MPH Spring.
Membaca kumpulan cerpen Robert Raymer ternyata tidak mengecewakan. Setelah menikmati 15 dari 17 cerpen saya mendapati cara penulisan beliau begitu menarik terutama kerana kebanyakan latar cerita beliau menggunakan sudut pandang beliau sendiri sebagai seorang ekspatriat terhadap kebudayaan dan cara hidup rakyat Malaysia yang berbilang kaum dan agama.
Menerima hakikat bahawa Melayu merupakan kaum majoriti di Malaysia dan Islam pula merupakan ugama rasmi, Robert Raymer berjaya menyelami cara hidup dan konsep pengamalan Islam di Malaysia. Cara penulisan beliau menyerlah penghormatan beliau kepada hakikat tersebut. Hal ini terserlah melalui cerpen "Mat Salleh" yang mengisahkan situasi yang dihadapi oleh seorang rakyat Amerika Syarikat yang mengahwini wanita Melayu semasa beliau pertama kali mengikut isterinya balik ke Malaysia. Penulis ternyata peka dengan adat resam Melayu dan isu ini diketengahkan dengan pendekatan yang amat menyentuh perasaan saya.
Cerpen "The Neighbours" pula mengetengahkan senario masyarakat Malaysia berbilang kaum. Secara bijak penulis menyindir lumrah sesetengah masyarakat yang gemar bercerita mengenai orang lain. Keadaan ini ditimbulkan dengan bijak tanpa beliau prejudis kepada kaum tertentu. Hal ini boleh dikatakan berbeza dengan sesetengah penulis yang pernah menyentuh isu serupa tetapi cenderung untuk memihak kepada golongan tertentu.
Secara keseluruhan kumpulan cerpen Robert Raymer berjaya mengangkat suasana harmoni pelbagai kaum di Malaysia dengan sentuhan yang amat menarik dan bersahaja. Hal ini mungkin kerana beliau melihat keadaan tersebut secara adil sebagai seorang dari budaya dan latar belakang yang berbeza.
Saya mengkategori kan buku ini sebagai "mesti baca". Untuk sesiapa yang berminat untuk menikmati keharmonian kehidupan di Malaysia, buku ini boleh didapati di MPH, Spring.
Friday, 29 May 2009
spektrum asmara
Spektrum rasa
menjalur kasih
di garisan cinta
usah kau tanya
ke mana arah
zarah rindu berkelana
dalam jiwa yang bergelut
akan wujud koordinat yang sama
di sana kita pasti bersua melakar cita
di metropolis asmara...
1623 pm
(latih tubi untuk nada penulisan yang bernada teramat asing)
menjalur kasih
di garisan cinta
usah kau tanya
ke mana arah
zarah rindu berkelana
dalam jiwa yang bergelut
akan wujud koordinat yang sama
di sana kita pasti bersua melakar cita
di metropolis asmara...
1623 pm
(latih tubi untuk nada penulisan yang bernada teramat asing)
Tuesday, 26 May 2009
akurlah...
Telah ternyata
imbangan kejujuran
dan angka kewarasan
kian mengabur dimamah
nota merah biru ungu
di sana
jemari haloba
mencakar kepercayaan
mereka yang berharap
pada keyakinan dan etika
terbakarlah gedung kebanggaan wall street
terbongkarlah tembok kegagahan uncle sam
tercemarlah gelanggang keegoan dunia sana
maka akurlah
kerana kamu juga manusia biasa
seperti mereka yang kerap kau hina...
1105 pm
26.05.09
(latih tubi sajak yang bernada berbeza dari yang sebelumnya)
Sunday, 24 May 2009
benih harapan
Menatap hari semalam aku tersenyum
kau bercanda aku adalah kekasih selamanya
memateri cinta dalam degup rasa
di hatiku mawar merah mekar mewangi
hari ini awan hitam mendakap mimpi
di gelora laut akukah nelayan itu
yang kian lemah dan goyah
di mataku mega jingga kian tenggelam
menjangkau hari esok
belum pasti mentari akan menyapa
kerana kita hanya dua jiwa nestapa
di tanganku tergenggam sebutir harapan...
1100 pm
24.05.09
Thursday, 21 May 2009
si penjaja akhbar
Dalam degup meniti embun pagi
naskah cerita dan berita menyimpan dingin harapan
sambil setia menekur sepi di perhentian sunyi
yang sesekali disinggahi wajah-wajah segar
di sebalik cermin buram berhawa dingin
helaian biru yang bertukar tangan
adalah senyuman manis anak kecil
menanti bersama mimpi malam tadi
inginkan mainan Barbie
dan basikal kecil bereben merah
Namun
si penjaja akhbar
tetap di perhentian yang tidak lagi sunyi
tapi naskahnya masih setia di sisi...
1458
22.05.09
Thursday, 14 May 2009
Soal jawab agama
Saya kerap keliru mengenai tempoh darah nifas. Almaklum la, urusan melahirkan bukannya berlaku tiap-tiap hari... Lantas untuk mendapat kepastian saya menelusuri internet untuk mendapat maklumat lanjut dan telah terjumpa dengan laman ini http://ilmudanulamak.blogspot.com/2008/09/tempoh-nifas.html.
Berdasarkan pembacaan saya, walaupun terdapat pendapat yang berpegang kepada tempoh 40 hari, ternyata Imam Shafiee berpegang bahawa tempoh 40 adalah kebiasaan untuk darah nifas keluar. Manakala Imam Shafiee berpendapat tempoh maksima darah nifas keluar adalah selama 60 hari.
Hal ini bermakna bagi kita yang mengikut mazhab Imam Syafiee, tempoh maksima untuk nifas sekiranya masih ada darah adalah 60 hari. WallahuA'lam...
Monday, 4 May 2009
Senja...
Seringkali para pujangga mengaitkan senja dengan usia lewat. Kadangkala ia sinonim dengan penghujung kehidupan. Benarkah begitu?... Benarkah senja yang selalunya diwarnai cahaya merah di kaki langit adalah lambang kepada sisa-sisa kehidupan?... Sisa-sisa kehidupan yang jarang menjanjikan pengharapan ataupun peluang masa hadapan.
Mari kita kembali kepada firman Allah yang begitu banyak menghiasi dada Al-Quran. Allah jelas menyatakan bahawa Dia ciptakan malam dan siang bertukar ganti di mana siang adalah untuk dimanfaatkan untuk mencari rezeki yang halal manakala malam pula dicipta untuk kita berehat setelah puas berusaha seharian.
Lantas, di manakah pula peranan senja?... Ternyata senja merupakan waktu transisi di antara malam dan siang. Maka senja sebenarnya bukanlah penghujung kehidupan tetapi sebaliknya adalah sinar harapan untuk mereka yang telah berusaha sepanjang hari. Sinar harapan untuk melepaskan lelah dan bersantai bersama keluarga di malam hari manakala senja beralih pergi.
Di samping itu senja juga menandakan pejuang-pejuang Allah yang sentiasa memanfaatkan malam untuk beribadat akan semakin hampir untuk mendekatkan diri kepada Penciptanya.
Sinar senja yang merah juga merupakan satu keindahan yang begitu sebentar yang hanya dapat dinikmati oleh mereka yang bijak menghargainya. Sebaliknya mereka yang begitu memandang negatif kepada senja akan berada di dalam kerugian.
Justeru, hargailah senja yang hanya sebentar itu....
Sunday, 3 May 2009
Bersyukurlah...
Kerap kita merintih di atas kekurangan yang dialami. Gaji yang tidak pernah cukup... Kereta yang kecil... Pekerjaan yang membosankan...
Semua yang kita miliki seolah-olah tidak sesempurna kehidupan orang lain. Mengapa perasaan sebegini kerap menghambat jiwa kita?
Allah berfirman yang kira-kira bermaksud "Sekiranya engkau bersyukur akan aku tambahkan nikmat kepadamu tetapi sekiranya kamu kufur (tidak mensyukuri) sesungguhnya azabku amat pedih".
Sebagai seorang Muslim amatlah sesuai untuk kita menjiwai dan meyakini janji Allah itu. Hal ini kerana Allah tidak pernah memungkiri janji-janjiNya dimana setiap hari sekurang-kurangnya lima kali kita membaca doa selepas azan yang diakhiri dengan "Sesungguhnya Allah tidak pernah memungkiri janjiNya".
Adakah ayat Allah di atas bermakna seandainya kita bersyukur maka akan bergoleklah seguni harta dari Allah tanpa perlu kita berusaha? Atau akan melayang sepeti emas di bawa angin hanya dengan kita berpeluk tubuh sahaja? Semestinya suatu perkara yang mustahil.
Lantas, apa maknanya? Atau adakah Allah telah memungkiri janjiNya? Tidak sekali-kali.
Secara pemahaman kasarnya dari pandangan seorang yang tidak mendalami pengajian Islam ke peringkat akar umbi, saya berpendapat bahawa ayat di atas bermaksud dengan menanam sifat syukur di dalam diri kita maka secara terus kita telah diberi nikmat oleh Allah melalui hati yang tenang.
Lantas nikmat ketenangan hati itu sendiri merupakan nikmat yang amat besar yang belum tentu dimiliki oleh golongan yang hidup mewah sekiranya mereka tidak bersyukur. Melalui ketenangan hati kita mampu mencicipi kebahagiaan hidup bersama keluarga. Malahan jiwa yang tenang membolehkan kita berfikiran terbuka dan meningkatkan tahap kreativiti minda.
Hasilnya, tidak mustahil kita akan diberi jalan untuk berusaha dengan lebih giat untuk meningkatkan tahap ekonomi keluarga. Namun, sekiranya usaha kita belum cukup mantap untuk menikmati rezeki lebih golongan yang bersyukur sudahpun menggenggam nikmat ketenangan di dalam jiwa dan seterusnya hidup mereka.
Secara keseluruhan, pastikan kita tergolong dalam golongan yang bersyukur dan kita sudahpun berada di atas lorong yang menuju ke arah kenikmatan dan kebahagiaan hakiki.
WallahuA'lam...
Wednesday, 29 April 2009
pelangi bahagia...
Titisan air mata
di pipi gebumu
kesatkan ia
kerna detik semalam
telah lama berkelana
nun di ufuk timur
tidakkah kau lihat
segaris cahaya kuning
yang bakal menjingga
menyelaputi pohon angsana
dan
daerah hatimu akan ceria
bersama warna-warni pelangi
yang menjanjikan
esok yang bahagia...
=latih tubi 0130 am 30.04.09=
Mega Nisaa
Setelah berhempas-pulas beberapa hari, akhirnya saya berjaya menghabiskan pembacaan novel yang "amat" tebal ini. Sebenarnya novel Mega Nisaa hasil karya Azmah Nordin terbitan DBP tahun 2005 ini telah lama saya beli namun belum berkesempatan untuk membacanya. Di antara sebabnya adalah kesibukan aktiviti harian dan mungkin juga kerana ketebalannya yang pada jangkaan saya hacita2 untuk menikmati tulisannya suatu hari nanti bila saya mempunyai kelapangan.
Lantas pada masa yang terluang sekarang ini saya pergunakan sebaiknya untuk menikmati novel ini. Walaupun tulisannya sedikit berat pada pendapat saya namun saya tetap menghargai penulisannya yang sarat dengan penggunaan kata yang indah dan pelbagai.
Secara ringkasnya novel ini mengangkat isu feminisme sebagai temanya. Ia dikupas melalui perjuangan watak-watak utamanya untuk menghapuskan eksploitasi wanita dan kanak-kanak dalam industri pengiklanan.
Antagonis novel ini pula adalah golongan lelaki yang terlibat di dalam industri pengiklanan yang berpendapat mereka bukan mengeksploit tetapi sebaliknya semata-mata tuntutan pelanggan yang inginkan produk mereka mendapat tempat di hati para pengguna dan kehendak itu mampu menghalalkan sebarang cara.
Secara keseluruhannya novel ini pasti menarik bagi golongan pembaca yang serius untuk menikmati pelbagai keindahan bahasa dan tema yang kontemporari dalam masyarakat yang terlibat dengan dunia korporat. Namun sebagai bacaan ringan mungkin novel ini bukan pilihan yang tepat untuk anda.
Tuesday, 28 April 2009
anakku...
Gelak tawamu
bunga mekar harum
di taman hati
sendu tangismu
sapa mesra berlagu
di lembah jiwa
maka anakku
andai sekali sekala aku terleka
maafkan aku ibumu
yang mungkin alpa...
-latih tubi 1636 pm 28.04.09-
Subscribe to:
Posts (Atom)